Liverpool Dan Dua Bencana Besar


Tak ada hal yang keseluruhannya adalah manis, dan tak ada hal pula yang kesemuanya adalah pahit. Setiap perjalanan pastilah selalu ada dua sisi yang saling berlawanan, saling mengisi dan saling bersangkutan. Begitu juga Liverpool FC, perjalanan panjang klub ini tak selalu manis. Bermacam kisah telah mengisi sejarah panjang klub sepakbola yang bermarkas di Anfield ini sejak 1892 Liverpool FC klub dengan sejarah yang mengagumkan, klub dengan kemegahan yang sangat luar biasa. Menjadi klub di Inggris pertama yang sukses mendapatkan Badge of Honour Liga Champions dengan total 7 kali final dimana 5 diantaranya sukses diboyong ke Anfield. Antara awal 70’an sampai awal 90’an, Liverpool FC sukses memenangkan 11 gelar Liga Inggris, 4 gelar Liga Champions, 2 gelar Piala UEFA, 3 gelar Piala FA, dan 4 gelar juara Piala Liga. Dalam rentang tahun itu Liverpool FC menjadi klub Liga Inggris paling sukses di Inggris dan Eropa. Pencapaian ini merupakan kesuksesan yang belum pernah terjadi sebelum dan sesudahnya. Namun dalam rentang itu juga, Liverpool FC berada pada titik nadir kejatuhan, dua bencana besar yang melibatkan Liverpool FC yang merubah wajah sepakbola Inggris dan Eropa dimasa sesudahnya.

Heysel, Hooliganisme Atau Faktor Keamanan?
Tragedi yang pertama adalah kekacauan di final Liga Champion ketika Liverpool FC bersua dengan Juventus di Brussel, Belgia pada tahun 1985. Kerusuhan besar terjadi sebelum pertandingan dimulai, 39 fans Juventus tewas akibat insiden ini. Siapa yang disalahkan? Semua jari telunjuk setuju menunjuk supporter Liverpool yang dituding bertanggung jawab.  Akibat kasus ini, otoritas tertinggi Eropa/UEFA menghukum semua tim Inggris untuk berpartisipasi dalam gelaran UEFA selama 5 tahun, dan 1 tahun tambahan bagi Liverpool FC. Hal ini memicu reaksi yang bermacam dari klub-klub Liga Inggris lainnya. Jelas dengan adanya hukuman ini, klub lain yang sejatinya tak ada sangkut paut dengan tragedi itu merasa dirugikan. Media Inggris ramai-ramai menuding Hooligan Liverpool FC yang menjadi biang keladi dari semua ini. Liverpool FC menjadi klub yang dikucilkan, dan dianggap menjadi aib bagi persepakbolaan Inggris. Fans Liverpool menjadi sasaran empuk fans lain untuk melampiaskan rasa frustasi dan kekesalan mereka. Faktanya, UEFA menghukum semua fans klub-klub Inggris yang harus bertanggung jawab. Namun di Inggris, Liverpool FC adalah klub yang dipilih untuk disalahkan beramai-ramai, sentimen anti-Liverpool mulai tumbuh.
Kekacauan dalam sepakbola adalah hal yang lumrah di Inggris, namun dahulu belum benar-benar ada hooligan yang terorganisir sampai pada tahun 70-an bertepatan dengan terkenalnya Liverpool FC di Inggris dan Eropa. Saat  itulah fans-fans klub sepakbola mulai membentuk kelompok mereka sendiri (Hooligan) dan memiliki nama khusus untuk mereka. Dalam hal ini, fans Liverpool FC menamakan dirinya The Urchins. Kehadiran para hooligan ini memang menjadi sebuah masalah, bukan hanya dalam sepakbola, namun telah menjadi permasalahan keamanan nasional. Hal ini yang memicu PM Inggris kala itu membentuk “kabinet perang” terhadap hooliganisme menyusul terjadinya beberapa bentrokan yang menimbulkan kerusakan struktural dan kerugian ekonomi. Dan semua itu terjawab dengan adanya tragedi Heysel, dengan fans Liverpool sebagai terdakwa nya. Namun fakta yang ada, sebagian besar dari mereka yang tewas adalah akibat kerusakan strutural stadion. Meski pada saat itu The Urchins telah aktif, namun mereka tak pernah terlibat kekacauan atau hooligans besar sebelumnya. Bahkan, bila orang-orang membicarakan hooliganisme pada sebelum tragedi Heysel, The Urchins Liverpool tak masuk kedalam sepuluh besar hooligan terburuk.
Namun tak sedikit pula yang menyoroti tentang keamanan pada tragedi ini. Sebelum pemilihan Heysel sebagai tempat diadakannya final, beberapa orang telah mengkritik pemilihan itu. Hal ini disebabkan Stadion Heysel yang memang kurang pas untuk menggelar partai final besar Liga Champion. Hal lain adalah ditahun sebelumnya dimana fans Liverpool diserang saat final di Roma oleh fans AS Roma dikancah yang sama. Hal ini telah menjadi perhatiaan pihak keamanan, karena mungkin bisa saja fans Liverpool telah merancang penyerangan karena kini mereka berhadapan dengan klub yang berasal dari negara yang sama tahun lalu. Namun hal yang jelas adalah struktural yang tak layak dan pengamanan aparat yang tak maksimal menjadikan perang ini pecah dengan mudah. Heysel, maafkan kami untuk semua korban yang tewas.

Hillsborough, Keadilan Bagi 96 Korban
Kesuksesan Liverpool FC di Eropa jelas membawa kecemburuan klub-klub Liga Inggris. Tragedi Heysel jelas menjadi cemooh fans klub lain untuk menyudutkan Liverpool. Belum memudar olok-olok itu, Liverpool kembali terlibat dalam sebuah bencana, tragedi Hillsborough. Dan lagi-lagi pihak keamanan menuding hooliganisme fans Liverpool sebagai biang keladi dari semua ini. Saat itu fans Liverpool banyak yang terlambat datang, dan sesampainnya di stadion mereka terburu-buru memasuki stadion. Kemungkinan ribuan dari mereka tergesa-gesa dan memasuki tribun kecil yang saling berdesakan. Pihak kepolisian tak dapat menahan lautan manusia yang datang, dan himpitan manusia itu mengakibatkan kematian 96 orang fans Liverpool, sebagian besar karena sesak nafas. Hillsborough, menjadi bencana terburuk dalam sejarah sepakbola Inggris dan lagi-lagi Liverpool terlibat didalamnya. Kurang dari 4 tahun dari tragedi Heysel, kini Liverpool harus menderita atas tragedi Hillsborough.
Kampanye anti hooliganisme semakin keras diteriakan, dan meski kali ini, fans Liverpool adalah korban, namun mereka menjadi sasaran kampanye paling memalukan. Pemerintah memajang gambar-gambar tentang tragedi itu sebagai peringatan memberantas hooliganisme. Gambar-gambar mengerikan tragedi Hillsborough seperti menjadi sebuah peringatan, dan berfungsi membangun suatu opini publik terhadap hooliganisme. Ditambah lagi tudingan pihak kepolisian yang mengatakan banyak fans Liverpool yang datang ke stadion dalam keadaan mabuk. Saling mencopet sesama penonton, memasuki stadion tanpa tiket dan mengencingi polisi. Hal ini diperparah dengan dipublikasikannya keterangan itu oleh surat kabar The Sun untuk menyebarkan berita versi kepolisian kehadapan publik. Meskipun penyelidik resmi dan tim independen menemukan fakta yang berbeda dari pihak kepolisian, namun sepertinya kebenaran telah buramkan. Semua dikelabuhi dan pemerintah Inggris memerintahkan file disegel. Imbasnya, fans klub lain mengambil cerita versi pemerintah dan menyalahkan fans Liverpool sebagai biang keladi tragedi Hillsborough. Chant-chant yang menghina Liverpool FC, khususnya yang menyudutkan tragedi Hillsborough mulai ramai terdengar di stadion-stadion. Liverpool FC menjadi tanah air dari semua aksi hooliganisme di Inggris. Keadaan semakin meluas, beberapa orang menyangkut pautkan hal ini dengan ketegangan pemerintah dengan kota Liverpool. Liverpudlian yang dicap sebagai pembangkang, pemberontak dan menjadi sasaran pemerintah. Selain itu, beberapa orang percaya bahwa sentimen anti-Irlandia telah berkontribusi terhadap ketegangan ini. Mengingat karena banyaknya Liverpudlian (warga kota Liverpool) adalah orang-orang yang berasal dari Irlandia.
Kebenaran Tragedi Hillsborough Terungkap
Setelah lebih dari 23 tahun perjuangan, akhirnya sebuah kebenaran mulai terungkap. Para keluarga korban Hillsborough dan dibantu oleh masyarakat yang bersimpati berhasil memaksa pemerintah untuk membuka file-file yang tersembunyi. Kebenaran akhirnya terungkap, tragedi besar dalam sejarah sepakbola kini mulai menunjukan titik terang. Penyebab utama bencana itu adalah kurangnya kontrol polisi, itulah yang tertera dalam laporan yang telah lama disembunyikan itu. 164 keterangan yang memberatkan polisi telah dirubah sementara 116 keterangan saksi yang lainnya telah dihapus. Dan seharusnya 41 korban dapat diselamatkan seandainya tim medis dapat memberikan layanan yang sesuai. Hal ini menjadi sebuah pertanyaan yang sangat menyesakkan, seburuk itukan paramedis yang bertugas didalam stadion? Ini sangat mengerikan. Kemudian, diketahui pula adanya informasi yang tidak akurat dan tidak benar kepada Pers guna membelokan fakta yang sebenarnya. Diatas dari semua file itu, laporan itu menyatakan fans Liverpool FC tak bertanggung jawab dengan cara apapun terhadap tragedi itu.
Kemenangan bagi fans Liverpool, dan kemenangan luar biasa bagi para keluarga korban. Kini sebuah tragedi telah menyerukan sebuah kebenaran. Berbagai pertanyaan yang mungkin tak terjawab terus menekan penyelenggara pertandingan. Tentang pemilihan stadion yang menurut pengamat, stadion dihelatnya pertandingan itu tak sesuai dengan standar keselamatan. Kemampuan tim medis yang tidak becus menangani para korban yang seharusnya dapat diselamatkan. Dalam beberapa gambar terlihat fans Liverpool secara heroik bahu membahu menolong para korban, sementara para polisi hanya menonton. Dan puncaknya adalah ketika 96 keluarga korban dan fans Liverpool serta orang-orang yang bersimpati datang bersama-sama untuk menandatangani petisi yang memaksa parlemen membuka file dan mengungkapkan kebenaran.
Fans Liverpool FC memperoleh kemenangannya setelah lebih dari 23 tahun berjuang untuk menguak sebuah kebenaran. Hillsborough akan menjadi sebuah kenangan, tetapi kami akan selalu ingat 15 April 1989 menjadi hari dimana fans Liverpool FC harus berjuang sendirian.


JUSTICE FOR THE 96

Author :
SalamNgekGubrak!! @cihuynutkid