Luis Suarez kecil hidup dan bertumbuh di kawasan pelabuhan sungai yang tergolong kumuh dan lembab di Kota Salto. Bermain sepakbola menjadi keseharian hampir semua anak laki-laki di Uruguay, tak terkecuali Luis. Di mana-mana di ujung gang, di jalanan kampung, di lapangan rumput, di tanah kosong, amat gampang bertemu anak-anak bermain bola.
"Hei, mi negrito... mi negrito..." terdengar suara perempuan tua dengan lafal Latin amat kental memanggil bocah yang sedang lincah bermain bola di ujung gang itu.
Sejenak bocah laki-laki yang dipanggil itu tak menghiraukan panggilan tersebut. Tapi sekali lagi, wanita yang terlihat sudah berumur itu memanggilnya sambil berteriak.
Anak yang dipanggil itu lalu menoleh dan buru-buru menuju arah suara panggilan tersebut. Bocah laki-laki itu terlihat amat manja.
Pemilik suara itu tak lain Lila Piriz, wanita berambut putih nenek bocah laki-laki yang tadi amat lincah bermain bola. Anak itu Luis Suarez sang cucu kesayangan memang sering dipanggil 'Mi Negrito'. Atau dalam terjemahan bebasnya bisa diartikan 'Bocah Item' atau 'Anak Negro'.
Nenek Lila mengungkapkan bahwa panggilan itu di kampungnya biasa meluncur begitu saja, tanpa ada rasa merendahkan atau yang sebangsanya. 'Mi Negrito' setara dengan 'honey' atau panggilan kesayangan lain khususnya bagi anak-anak di sini. Menurut Lila, panggilan itu menjadi ungkapan kedekatan dan keakraban.
"Ini biasa di Uruguay. Panggilan itu merupakan ungkapan rasa sayang kepada seseorang. Terutama anak-anak," kata nenek berusia 73 tahun yang sangat menyayangi cucunya itu.
Suarez anak Rodolfo dan Sandra Diaz ini menjadi salah satu cucu kesayangan Lila. Anak keempat dari enam bersaudara ini amat disayang Lila karena selain lincah juga pemberani. Sebenarnya masih ada satu lagi, adik tiri Suarez. Beberapa tahun setelah Sandra bercerai dengan Rodolfo, sang ibu menikah lagi dengan seorang pria pekerja bangunan dan mempunyai seorang anak.
Rodolfo, anak laki-laki Lila, menikahi Sandra yang ketika itu masih berusia 15 tahun. Waktu itu, Rodolfo yang berusia 5 tahun lebih tua dari Sandra bekerja di pabrik biskuit dan kemudian pindah kerja di sebuah hotel sebagai bell-boy.
Keluarga Rodolfo-Sandra tinggal bersama Lila dengan suaminya Atacildo yang sudah berumur 79 tahun. Sang kakek pensiunan tentara Uruguay yang sudah lemah itu menghabiskan hari-harinya dengan lebih banyak duduk di beranda depan rumah. Kakek-nenek ini memenuhi kebutuhan hidup dari mengandalkan tunjangan pensiunan militer.
Keturunan Kulit Berwarna
Dalam suatu kesempatan, saudara sepupu Luis dari pihak ibu Sandra Diaz, menunjukkan beberapa foto keluarga. Salah satu gambar itu antara lain ayahnya sendiri Jorge Sr dan sang kakek Alberto. Sang kakek ini dulunya dikenal sebagai wasit sepakbola dan bekerja sehari-hari di pabrik gula. Alberto berdarah campuran kulit hitam dan ras Amerika Latin.
Ketika Luis Suarez dituduh rasis terkait pernyataannya yang dianggap 'menghina' Patrice Evra dengan kata-kata 'negro', sang nenek Lila langsung bereaksi. Menurut Lila, hukuman kepada Luis Suarez terkait kasus tersebut terlalu berlebihan.
"Kakeknya (Luis) sendiri negro. Dan kata-kata negro di sini bukanlah rasis. Itu biasa, seperti orang memanggil temannya dengan si kurus, si gemuk, atau panggilan apa pun," ungkap Lila terkait sanksi dari Asosiasi Sepakbola Inggris FA kepada cucu kesayangannya itu.
Sejak kecil hingga masa kuliah di Montevideo, Luis bermain dan bergaul dengan siapa pun termasuk anak-anak berkulit hitam.
"Tak ada masalah! Tuduhan bahwa Luis melontarkan kata-kata rasis, itu konyol," kata Lila, seperti dikutip The Sun beberapa saat setelah muncul kasus tersebut.
Beda Uruguay, beda pula Inggris. Striker Timnas Uruguay 2002 yang berkulit hitam Richard Javier Morales Aguirre atau yang lebih dikenal sebagai Richard Morales mengatakan ia dan keluarganya tak pernah mengalami diskriminasi ras di Uruguay.
"Saya tidak peduli orang mau memanggil saya apa, negro atau negrito. Tapi di Inggris, tampaknya Anda tak bisa melakukan itu karena Anda bisa disalib," ungkapnya dengan nada agak bercanda.
Kasus rasis yang dituduhkan kepada Luis Suarez terjadi ketika Liverpool menjamu Manchester United di Stadion Anfield, Sabtu 15 Oktober 2011. Waktu itu, Evra tak terima karena Luis melontarkan kata-kata rasis padanya. Suarez memang sudah meminta maaf atas peristiwa tersebut. Namun di balik itu, seperti diungkapkan TV Uruguay RR Gol, persidangan menyangkut tuduhan rasis itu benar-benar membuat Luis sakit hati. Itu sebabnya, barangkali, Suarez menolak ajakan jabat tangan Evra.
"Saya memang tidak menunjukkannya di lapangan. Tapi sebenarnya saya sering menangis dengan semua hal terkait Evra," ungkap Suarez, dalam program televisi tersebut, Selasa 17 Juli 2012.
Apa pun yang terjadi, Luis Suarez adalah pahlawan bagi Uruguay. Namanya begitu harum di negeri Republik Uruguay yang memiliki makna leksikal Negeri di Timur Sungai ini.
Keluar Negeri Tak Bisa Bahasa Asing
Luis Suarez memang sempat kuliah di fakultas biologi. Tapi dunia sepakbola lebih menarik perhatiannya. Saat berusia 19 tahun, Suarez memutuskan ke Groningen, Negeri Belanda.
Luis pergi meninggalkan Uruguay dengan bekal nekat tanpa kemampuan bahasa Belanda dan Inggris sama sekali. Padahal, Suarez akan bermain untuk Groningen. Penyesuaian awal dengan bahasa dan sepakbola gaya Belanda dilakukannya di tim kedua.
Keberadaan 'teman sekampung' asal Uruguay, Bruno Silva yang lebih dulu ada di tim jelas sangat membantu. Teman-teman Belandanya amat menghormati usaha dan kerja keras Suarez dalam belajar bahasa.
Luis memang main bagus, tapi ada masalah dengan kedisiplinannya. Penampilannya yang bagus ditunjukkannya dengan mencetak 4 gol selama Januari 2007 untuk Groningen. Total gol yang disumbangkannya bagi klub mencapai 10 dari 29 penampilannya di Liga Belanda Eredivisie. Posisi Groningen di musim 2006-2007 bertengger di urutan ke-8.
Penampilannya yang apik di Liga Belanda membuat Ajax menginginkan pemuda asal Kota Salto itu. Akhirnya, Luis Suarez bergabung di Ajax dengan masa kontrak selama 5 tahun.
Bagaimana pengalaman Luis Suarez selama di Ajax Amsterdam dan bagaimana kisah cintanya? Ikuti terus Kisah Luis Suarez: Karier dan Cinta.
"Hei, mi negrito... mi negrito..." terdengar suara perempuan tua dengan lafal Latin amat kental memanggil bocah yang sedang lincah bermain bola di ujung gang itu.
Sejenak bocah laki-laki yang dipanggil itu tak menghiraukan panggilan tersebut. Tapi sekali lagi, wanita yang terlihat sudah berumur itu memanggilnya sambil berteriak.
Anak yang dipanggil itu lalu menoleh dan buru-buru menuju arah suara panggilan tersebut. Bocah laki-laki itu terlihat amat manja.
Pemilik suara itu tak lain Lila Piriz, wanita berambut putih nenek bocah laki-laki yang tadi amat lincah bermain bola. Anak itu Luis Suarez sang cucu kesayangan memang sering dipanggil 'Mi Negrito'. Atau dalam terjemahan bebasnya bisa diartikan 'Bocah Item' atau 'Anak Negro'.
Nenek Lila mengungkapkan bahwa panggilan itu di kampungnya biasa meluncur begitu saja, tanpa ada rasa merendahkan atau yang sebangsanya. 'Mi Negrito' setara dengan 'honey' atau panggilan kesayangan lain khususnya bagi anak-anak di sini. Menurut Lila, panggilan itu menjadi ungkapan kedekatan dan keakraban.
"Ini biasa di Uruguay. Panggilan itu merupakan ungkapan rasa sayang kepada seseorang. Terutama anak-anak," kata nenek berusia 73 tahun yang sangat menyayangi cucunya itu.
Suarez anak Rodolfo dan Sandra Diaz ini menjadi salah satu cucu kesayangan Lila. Anak keempat dari enam bersaudara ini amat disayang Lila karena selain lincah juga pemberani. Sebenarnya masih ada satu lagi, adik tiri Suarez. Beberapa tahun setelah Sandra bercerai dengan Rodolfo, sang ibu menikah lagi dengan seorang pria pekerja bangunan dan mempunyai seorang anak.
Rodolfo, anak laki-laki Lila, menikahi Sandra yang ketika itu masih berusia 15 tahun. Waktu itu, Rodolfo yang berusia 5 tahun lebih tua dari Sandra bekerja di pabrik biskuit dan kemudian pindah kerja di sebuah hotel sebagai bell-boy.
Keluarga Rodolfo-Sandra tinggal bersama Lila dengan suaminya Atacildo yang sudah berumur 79 tahun. Sang kakek pensiunan tentara Uruguay yang sudah lemah itu menghabiskan hari-harinya dengan lebih banyak duduk di beranda depan rumah. Kakek-nenek ini memenuhi kebutuhan hidup dari mengandalkan tunjangan pensiunan militer.
Keturunan Kulit Berwarna
Dalam suatu kesempatan, saudara sepupu Luis dari pihak ibu Sandra Diaz, menunjukkan beberapa foto keluarga. Salah satu gambar itu antara lain ayahnya sendiri Jorge Sr dan sang kakek Alberto. Sang kakek ini dulunya dikenal sebagai wasit sepakbola dan bekerja sehari-hari di pabrik gula. Alberto berdarah campuran kulit hitam dan ras Amerika Latin.
Ketika Luis Suarez dituduh rasis terkait pernyataannya yang dianggap 'menghina' Patrice Evra dengan kata-kata 'negro', sang nenek Lila langsung bereaksi. Menurut Lila, hukuman kepada Luis Suarez terkait kasus tersebut terlalu berlebihan.
"Kakeknya (Luis) sendiri negro. Dan kata-kata negro di sini bukanlah rasis. Itu biasa, seperti orang memanggil temannya dengan si kurus, si gemuk, atau panggilan apa pun," ungkap Lila terkait sanksi dari Asosiasi Sepakbola Inggris FA kepada cucu kesayangannya itu.
Sejak kecil hingga masa kuliah di Montevideo, Luis bermain dan bergaul dengan siapa pun termasuk anak-anak berkulit hitam.
"Tak ada masalah! Tuduhan bahwa Luis melontarkan kata-kata rasis, itu konyol," kata Lila, seperti dikutip The Sun beberapa saat setelah muncul kasus tersebut.
Beda Uruguay, beda pula Inggris. Striker Timnas Uruguay 2002 yang berkulit hitam Richard Javier Morales Aguirre atau yang lebih dikenal sebagai Richard Morales mengatakan ia dan keluarganya tak pernah mengalami diskriminasi ras di Uruguay.
"Saya tidak peduli orang mau memanggil saya apa, negro atau negrito. Tapi di Inggris, tampaknya Anda tak bisa melakukan itu karena Anda bisa disalib," ungkapnya dengan nada agak bercanda.
Kasus rasis yang dituduhkan kepada Luis Suarez terjadi ketika Liverpool menjamu Manchester United di Stadion Anfield, Sabtu 15 Oktober 2011. Waktu itu, Evra tak terima karena Luis melontarkan kata-kata rasis padanya. Suarez memang sudah meminta maaf atas peristiwa tersebut. Namun di balik itu, seperti diungkapkan TV Uruguay RR Gol, persidangan menyangkut tuduhan rasis itu benar-benar membuat Luis sakit hati. Itu sebabnya, barangkali, Suarez menolak ajakan jabat tangan Evra.
"Saya memang tidak menunjukkannya di lapangan. Tapi sebenarnya saya sering menangis dengan semua hal terkait Evra," ungkap Suarez, dalam program televisi tersebut, Selasa 17 Juli 2012.
Apa pun yang terjadi, Luis Suarez adalah pahlawan bagi Uruguay. Namanya begitu harum di negeri Republik Uruguay yang memiliki makna leksikal Negeri di Timur Sungai ini.
Keluar Negeri Tak Bisa Bahasa Asing
Luis Suarez memang sempat kuliah di fakultas biologi. Tapi dunia sepakbola lebih menarik perhatiannya. Saat berusia 19 tahun, Suarez memutuskan ke Groningen, Negeri Belanda.
Luis pergi meninggalkan Uruguay dengan bekal nekat tanpa kemampuan bahasa Belanda dan Inggris sama sekali. Padahal, Suarez akan bermain untuk Groningen. Penyesuaian awal dengan bahasa dan sepakbola gaya Belanda dilakukannya di tim kedua.
Keberadaan 'teman sekampung' asal Uruguay, Bruno Silva yang lebih dulu ada di tim jelas sangat membantu. Teman-teman Belandanya amat menghormati usaha dan kerja keras Suarez dalam belajar bahasa.
Luis memang main bagus, tapi ada masalah dengan kedisiplinannya. Penampilannya yang bagus ditunjukkannya dengan mencetak 4 gol selama Januari 2007 untuk Groningen. Total gol yang disumbangkannya bagi klub mencapai 10 dari 29 penampilannya di Liga Belanda Eredivisie. Posisi Groningen di musim 2006-2007 bertengger di urutan ke-8.
Penampilannya yang apik di Liga Belanda membuat Ajax menginginkan pemuda asal Kota Salto itu. Akhirnya, Luis Suarez bergabung di Ajax dengan masa kontrak selama 5 tahun.
Bagaimana pengalaman Luis Suarez selama di Ajax Amsterdam dan bagaimana kisah cintanya? Ikuti terus Kisah Luis Suarez: Karier dan Cinta.