Kekalahan Ini Bukan Akhir Segalanya



Mencari segi positif dari setiap kekalahan memang sulit karena jika sebuah tim menelan kekalahan, itu berarti ada hal yang kemungkinan terjadi di atas lapangan.

Yang pertama adalah tim lawan lebih beruntung dalam laga tersebut. Sedangkan yang kedua adalah lawan mampu mengeksploitasi kelebihan mereka.

2013 mungkin adalah salah satu tahun paling produktif untuk si Merah dalam beberapa tahun terakhir. Menjadi tim terbanyak di Inggris yang mencetak gol sepanjang tahun, dan tentu saja performa impresif sepanjang tahun.

Namun, dalam dua laga terakhir di penghujung 2013, Liverpool mendapati dua buah laga besar sebagai penghuni papan atas musim ini. Bertandang ke Etihad markas dari Manchester City dan Chelsea di Stamford Bridge, dua laga tandang yang sayangnya berakhir dengan kekalahan. Kekalahan beruntun pertama musim ini.

Legenda klub Kenny Dalglish pada rezim keduanya sebagai manajer selalu berkata dan menekankan satu hal dalam pra dan paska pertandingan yang berbunyi kurang lebih seperti ini: "Kami akan berkonsentrasi pada diri kami sendiri, kami fokus pada sesuatu yang dapat kami kontrol."

Dari petikan the King itu, mari berkaca pada hasil di dua laga penghujung tahun tersebut. Pun, lupakan hasil kinerja wasit di laga-laga tersebut; karena hal tersebut tak akan bisa dikontrol oleh siapapun dalam klub. Brendan Rodgers atau siapapun tak akan bisa mempengaruhi keputusan-keputasan yang telah dibuat - baik menguntungkan maupun yang merugikan. Mungkin hasil akhir akan berbeda, tapi kenyataan sudah terjadi dan hal yang tersisa dari terus menerus mempersalahkan keputusan wasit adalah kata 'mungkin'.

Fokus besar yang terlihat dari dua laga tandang berat itu adalah perbedaan performa yang mencolok dari pada yang telah ditunjukan pada laga Boxing Day di Etihad dan Stamford Bridge. Man City jika dianalogikan adalah tim dari luar angkasa di kandang mereka, rekor kandang yang mereka raih adalah 100 persen kemenangan dan mereka mengalahkan Arsenal, Everton, Manchester United dan Tottenham Hotspur dalam prosesnya. Di kota London, the Blues malah memiliki rekor tak pernah kalah di Stamford Bridge di bawah asuhan Jose Mourinho.

Datang ke Etihad, the Reds membawa gelar pemuncak klasemen pada saat Natal - raihan yang tak pernah lagi diraih sejak musim 2008-09. Kepercayaan diri tinggi karena dalam laga tandang terakhir mereka melumpuh lantahkan Spurs di White Hart Lane 5 gol tak berbalas. Tapi walaupun diliputi kepercayaan pada diri sendiri yang tinggi, Liverpool tetaplah datang tidak dengan kemampuan terbaik.

Banyaknya pemain inti yang cedera tak mampu ditanggulangi dengan baik dan pemain yang cedera tak diganti oleh pengganti yang punya kualitas sepadan pada periode super sibuk di bulan Desember. Skuat senior yang dibawa ke Etihad hanya berjumlah 17 orang, itu artinya 11 pemain di atas lapangan dan 6 orang sebagai pengganti; harus ditambahkan 1 permain junior.

Laga di Manchester itu memperlihatkan kemampuan heroik Liverpool yang bermain sangat baik dan sangat terlihat mampu mengejar ketertinggalan. Namun, walaupun Luis Suarez dkk mampu membuat Man City terlihat seperti satu keluarga yang menutup rapat-rapat rumahnya dari terjangan badai di luar, mereka tetap kembali ke Melwood tanpa poin.

72 jam setelah laga kontra Man City, Rodgers bertemu dengan mantan mentornya di Chelsea Jose Mourinho. Seorang manajer yang punya peran penting dalam karir profesionalnya, sekaligus seorang manajer yang mempunyai image pemilik sistem bertahan terbaik di Eropa.

Beberapa hari sebelum lawatan ke Stamford Bridge optimisme suporter masih terekam jelas dalam ingatan. Tentu alasannya jelas, performa Chelsea di kandang tak seimpresif Man City; ditambah permainan yang mengundang pujian di Etihad. 

Namun yang terjadi sebaliknya, ada kelelahan yang terlihat jelas di lapangan. Skuat yang kecil semakin mengecil setelah Victor Moses tak dapat bertanding melawan London Biru. Di samping berhasilnya Mourinho menekan lini tengah Liverpool dengan pressing serta tekel-tekel keras sehingga serangan the Reds terkesan sporadis dan nyaris seluruh tim yang diturunkan tak bermain di standar yang sama seperti melawan Spurs dan City.

Hasil positif dari dua lawatan itu mungkin adalah pengoreksian diri. Jika menilik apa yang terjadi di dua laga itu terlihat bahwa adalah perbedaan besar di kualitas kedalaman skuat, saat Liverpool secara mau-tak-mau harus memainkan pemain-pemain akademi seperti Brad Smith di laga penting seperti itu, Chelsea malah masih menyimpan Juan Mata di bangku cadangan mereka. Perbedaan besar bagi Liverpool adalah Chelsea dan Man City mempunyai pemain untuk memainkan startegi alternatif mereka seperti yang ditunjukan the Blues di babak kedua di Stamford Bridge saat menarik Frank Lampard untuk John Mikel. Atau saat Javi Garcia masuk menggantikan David Silva untuk tim Manchester.

Menurut Rodgers, Joe Allen harus bermain dengan peredam rasa sakit di Stamford Bridge. Terlebih Mamadou Sakho juga harus menjadi korban terbaru setelah menerima cedera hamstring di ujung laga.`Semacam tamparan kecil di wajah untuk kembali menambahkan skuat di bursa transfer musim dingin yang akan datang dalam kedipan mata.

Saya tak mau banyak berharap, karena biasanya yang paling diharapkan tak pernah datang. Tapi optimisme sudah terlanjur terjalin bahwa Liverpool mempunyai kemampuan untuk bersaing di papan atas - bukan hanya sebagai pesaing ke empat besar namun lebih dari itu. Saya ingat bahwa mantan pemain Internazionale Milan Marco Materazzi dan beberapa pemain Porto yang pernah berkata bahwa Mourinho punya kemampuan untuk merealisasikan omongannya. Ya, saya mengacu pada kata-kata pria Portugal itu yang berkata dari sejak awal musim bahwa pesaing gelar liga salah satunya adalah Liverpool. Tapi tentunya hal itu hanya akan menjadi kenyataan jika Liverpool mau berbenah setelah bercermin dari hasil ini.

Dalam rentang waktu seminggu, Liverpool harus merelakan posisi puncak hingga ke luar empat besar. Namun, jika begitu mudahnya turun ke posisi lima, saya rasa kembali ke puncak klasemen juga bukan hal mustahil. Dua kekalahan itu memang menyakitkan tapi sisi positif lainnya adalah, selain Manchester United, semua rival harus menyambangi Anfield. Di paruh kedua musim ini pada 2014 nanti.

Tanpa mencoba mencari-cari alasan dari keinkompetensian, kekalahan dua kali beruntun, sekaligus ketidak mampuan Liverpool untuk bangkit setelah kalah di Etihad seharusnya mampu dimaklumi karena alasan-alasan di atas.

Dunia belum akan berakhir. Jangan panik.

Follow akun penulis di sini: @MahendraSatya
SUMBER : INDONESIA.LIVERPOOLFC.COM